ekonomi

Author: aja aja ada / Label:


Ketika Piala Dunia 'Mencaplok' IHSG

Indro Bagus - detikFinance

Jakarta - Seperti magnit raksasa yang menyerap seluruh perhatian penduduk planet Bumi, setidaknya bagi penggemar olah raga sepak bola yang mayoritas itu, ajang Piala Dunia nyata-nyata mengalihkan apa pun.

Konon, penyerangan Amerika Serikat ke Irak beberapa tahun lalu mendadak berhenti dan kedua negara sepakat mengadakan gencatan senjata untuk menyaksikan pagelaran akbar ini.

Dan masih banyak lagi kisah bernuansa sama yang membuktikan kekuatan oleh raga ini dalam membuat pengalihan.

Tak luput, dunia pasar modal pun ikutan terpengaruh. Semua investor tahu bahwa setiap Piala Dunia berlangsung, pergerakan pasar saham sontak melambat dan cenderung tidak bergairah. Itu berlaku di seluruh dunia.

Mari sedikit membuka catatan pasar saham beberapa tahun yang lalu. Tepatnya, periode 9 Juni hingga 9 Juli 2006, ketika Piala Dunia yang lalu berlangsung.

Tahun 2006, posisi IHSG masih di level 1.300. Rata-rata volume perdagangan harian selama tahun 2006 tercatat 1,805 miliar saham, sedangkan rata-rata nilai transaksi hariannya sebesar Rp 1,841 triliun.

Pada periode Mei 2006, volume rata-rata harian tercatat 2,925 miliar saham, sedangkan nilai transaksi hariannya Rp 2,919 triliun.

Pada periode Juni 2006, mendadak volume rata-rata harian merosot hingga lebih dari separuhnya menjadi 1,194 miliar saham dengan nilai transaksi rata-rata harian sebesar Rp 1,322 triliun. Penurunan mendadak ini terjadi berbarengan dengan pagelaran Piala Dunia 2006.

Pada periode Juli 2006, penurunan semakin berlanjut seiring dengan ajang Piala Dunia yang mulai memasuki babak final yang akhirnya ditutup pada 9 Juli 2006. Volume rata-rata harian IHSG pada Juli 2006 sebesar 1,029 miliar saham dengan rata-rata transaksi harian sebesar Rp 1,419 triliun.

Pada periode Agustus 2006, ketika Piala Dunia 2006 telah berakhir, perlahan-lahan pasar pun pulih. Volume rata-rata harian IHSG pada Juli 2006 tercatat sebesar 1,715 miliar saham dengan nilai transaksi rata-rata harian Rp 1,777 triliun.

Jika ditinjau lebih spesifik lagi, khusus periode 9 Juni hingga 9 Juli 2006, volume rata-rata harian IHSG tercatat sebesar 1,161 miliar saham, merosot 60,3% dari periode Mei 2006 atau lebih rendah 35,67% dari volume rata-rata setahun 2006 yang sebesar 1,805 miliar saham.

Nilai rata-rata harian selama periode Piala Dunia 2006 (9 Juni-9 Juli 2006) tercatat sebesar Rp 1,306 triliun, anjlok 55,25% dari nilai transaksi rata-rata Mei 2006 dan lebih rendah 29,06% dari nilai rata-rata harian setahun 2006 yang sebesar Rp 1,841 triliun.

Sepanjang Piala Dunia 2006, nilai transaksi IHSG sehari bahkan sempat merosot hanya sebesar Rp 616 miliar. Nilai transaksi satu hari yang paling tinggi selama ajang Piala Dunia 2006 berlangsung hanya sebesar Rp 2,285 triliun.

Posisi IHSG pun cenderung stagnan. Pada penutupan perdagangan 31 Mei 2006, IHSG berada di level 1.329,996 dan pada penutupan perdagangan 31 Juli 2006, IHSG berada di level 1.351,649. Hanya naik tipis selama perdagangan 2 bulan.

Lebih spesifik lagi, pada penutupan perdagangan 9 Juni 2006 (pembukaan Piala Dunia), IHSG berada di level 1.241,326, sedangkan pada penutupan perdagangan 9 Juli 2006 (penutupan Piala Dunia), IHSG berada di posisi 1.339,830. Hanya naik tidak sampai 100 poin selama 1 bulan perdagangan.

Pola ini tidak terjadi pada perdagangan tahun-tahun berikutnya. Pada perdagangan Mei 2007, IHSG volume rata-rata IHSG sebanyak 5,750 miliar saham dengan rata-rata transaksi harian Rp 4,643 triliun.

Pada Juni 2007, volume rata-rata harian masih tercatat 5,330 miliar saham dengan transaksi rata-rata harian Rp 4,356 triliun. Pada Juli 2007, volume harian tercatat 4,900 milliar saham dengan transaksi harian Rp 4,370 triliun. Tidak ada perubahan signifikan.

Pergerakan IHSG sejak penutupan perdagangan 31 Mei hingga 31 Juli 2007 pun bergerak naik drastis dari 2.084,324 ke level 2.348,673.

Untuk tahun 2008, agak sedikit berbeda lantaran adanya krisis pasar modal. Volume dan transaksi harian IHSG terus menerus menurun sejak Mei 2008 hingga akhir tahun. Penurunan ini bersifat kontinyu hingga penghujung 2008, tidak
seperti pada tahun 2006 dimana gairah IHSG kembali bangkit usai ajang Piala Dunia.

Pada tahun 2009, pergerakan IHSG serupa dengan tahun 2007. Tidak terlihat adanya penurunan volume maupun nilai transaksi yang berarti pada periode Mei hingga Agustus 2009.

Posisi IHSG pun meningkat tajam dari penutupan 31 Mei 2009 di level 1.916,831 ke level 2.323,236 pada penutupan 31 Juli 2009.

Data di atas menunjukkan kalau gelaran Piala Dunia nyata-nyata memberikan pengaruh besar pada pergerakan pasar saham, meskipun analis-analis pun tak tahu persis apa penyebab utamanya.

Pertanyaan besarnya, kemana perginya uang dan daya beli sehingga pergerakan saham mendadak lesu dan minim transaksi setiap kali ajang Piala Dunia berlangsung. Sejumlah rumor mengatakan, bandar-bandar pasar saham untuk
sementara mengalihkan uangnya ke pasar judi bola internasional.

Benarkah demikian? Sulit memastikannya. Hanya pengalaman yang bisa dijadikan acuan.

Lantas bagaimana dengan prospek pergerakan pasar saham dan IHSG pada ajang Piala Dunia 2010? Apakah akan bernasib serupa, dimana transaksi cenderung lesu dan stagnan serta minim transaksi?

Mari kembali meninjau data perdagangan. Pada periode Mei 2010, volume harian IHSG tercatat sebesar 6,423 miliar saham dengan transaksi harian Rp 5,119 triliun. IHSG ditutup pada level 2.796,957 pada perdagangan 31 Mei 2010.

Memasuki periode Juni 2010, perdagangan saham mulai menunjukkan tanda-tanda melambat, meskipun level HSG masih cenderung naik. Namun dari sisi volume dan transaksi harian, sudah sangat terasa terjadinya perlambatan dan stagnasi.

Ajang Piala Dunia 2010 dijadwalkan berlangsung sejak 11 Juni hingga 11 Juli 2010. Pada perdagangan 9-11 Juni 2010, penurunan volume transaksi sudah mulai terjadi cukup tajam.

Jika dirata-rata, selama 9 hari perdagangan (1-11 Juni 2010) saja, volume harian telah menurun menjadi 6,028 miliar saham dari posisi akhir Mei 2010 sebanyak 6,423 miliar saham.

Nilai transaksi rata-rata harian selama 9 hari perdagangan tersebut, merosot tajam menjadi Rp 3,428 triliun, anjlok 33,03% dari posisi Mei 2010 sebesar Rp 5,119 triliun.

Posisi IHSG selama sepekan terakhir pun sudah menunjukkan stagnasinya. Pada penutupan 4 Juni 2010 (akhir pekan) IHSG berada di level 2.823,251, sedangkan pada penutupan 11 Juni 2010 (akhir pekan lalu), IHSG berada di level 2.801,899.

Analis PT Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih memproyeksikan, IHSG butuh suatu aksi beli maupun aksi jual yang signifikan untuk membuat IHSG keluar dari kecenderungan stagnan dalam pola mendatar (sideways) pada pekan ini.

"Pada dasarnya sentimen negatif kondisi utang negara-negara Eropa sudah mulai memudar alias tidak berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG. Oleh sebab itu, seharusnya ini bisa menjadi momentum yang bagus untuk mengangkat IHSG," ujarnya ketika dihubungi detikFinance akhir pekan lalu.

Sayangnya, gelaran Piala Dunia 2010 sedang berlangsung pada saat yang bersamaan, diakui Alfatih bisa membuat IHSG cenderung bergerak lesu dan minim transaksi. Ia mengatakan, pada pekan lalu, IHSG bergerak antara level support 2.700 dan level resistance 2.820.

"Kalau batas support dan resistance 2.700-2.820 tidak mampu ditembus IHSG, kelihatannya pekan depan masih akan sideways dan belum berfluktuasi," ujarnya.

Kalau begitu, langkah apa yang harus dilakukan investor dalam mengantisipasi kecenderungan lesunya IHSG dan minimnya transaksi ini?

Menurut Alfatih, meskipun pergerakan IHSG cenderung sideways, investor masih bisa memanfaatkan celah-celah fluktuasi minimalis dalam amplitudo tipis yang terbentuk pada perdagangan sideways.

"Transaksinya memang tipis, tapi fluktuasi masih ada, walaupun rentangnya tidak besar," jelasnya.

Sederhananya, investor dapat melakukan langkah hit and run alias beli dan jual cepat dengan memanfaatkan celah kenaikan tipis yang diperkirakan bakal terus terjadi pada ajang Piala Dunia 2010 selama 1 bulan mendatang.



(dro/qom)

Sumber : http://m.detik.com

Strategi

Author: aja aja ada / Label:


stategi pemasaran dengan marketing mix

Marketing mix merupakan suatu alat marketing yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan marketing dalam pasar target. Mizone sebagai pendatang baru minuman isotonik menunjukkan eksistensinya dengan mengoptimalkan unsur 4 P marketing mix (Produk, Harga, Distribusi, Promosi) yang kompetitif . Launching produk pada saat yang tepat, variasi rasa yang disukai konsumen, harga yang terjangkau semua kalangan, ketersediaannya yang merata hampir di seluruh pelosok, serta strategi promosi yang edukatif dan kreatif mampu mereduksi pangsa pasar market leader minuman isotonik (Pocari Sweat) sebesar 30% dan menempati urutan kedua market share kategori minuman isotonik.

Strategi Marketig Mix PT Danone Aqua terhadap Mizone

1) Produk (product)

Mizone yang diproduksi oleh Danone Aqua merupakan kategori minuman isotonik bernutrisi. Diluncurkan pertama kali pada 27 September 2005 di Surabaya dengan rasa orange lime yang menyegarkan, rasa passion fruit yang memanjakan selera, dan pada Juni 2008 meluncurkan varian baru dengan rasa lychee lemon yang sensasional. Mengandung Hydromaxx yaitu : Vitamin B1, B3, B6, dan B12 untuk membantu metabolisme karbohidrat menjadi energi, Vitamin C, sebagai antioksidan untuk menjaga kahidupan sel dalam tubuh, dan elektrolit untuk menggantikan mineral yang hilang akibat pengeluaran keringat. Bahan dasar Mizone menggunakan air mineral Aqua dan sari buah alami melalui proses kristalisasi. Mizone sendiri merupakan produk yang sudah terkenal di Australia, New Zealand, dan Cina.

Pada November 2006 Mizone dilanda krisis karena tidak menantumkan salah satu bahan pengawet (natrium benzoat) dalam kemasannya. BPOM memberikan tenggat waktu hingga Desember 2006 agar Mizone menarik produknya dari pasaran dan memperbaiki label pada kemasan. Pada saat itu, Mizone sudah beredar di 30 depo, 50 distributor dan 1 juta outlet di seluruh Indonesia. Penjualan turun drastis sedikitnya Rp 35 miliar perhari. Untuk mengembalikan kepercayaan konsumen, Mizone melakukan edukasi kepada konsumen melalui promosi baik below the line maupun above the line.

2). Harga (Price)

Dari segi harga, Mizone sangat kompetitif sekitar Rp 2.500 untuk isi 500 mL, jika dibandingkan dengan isotonik dalam kemasan kaleng yang yang harganya sekitar Rp 3.300 untuk isi 330 ml .

3). Distribusi (Place)

Distribusi Mizone berorientasi nasional menggunakan jalur distribusi Aqua yang sangat luas, kuat di pasar tradisional (mudah dijumpai di warung dan toko-toko yang menjual produk Aqua). Sampai ada suatu istilah di kalangan distributor “di mana ada Aqua, disitu ada Mizone”.

4). Promosi (Promotion)

Target pasar Mizone adalah semua kalangan umur, namun dalam kampanyenya lebih ditujukan kepada kalangan usia 18-35 tahun dengan aktivtas yang dinamis. Mizone melakukan kampanye besar-besaran lewat placement iklan di televisi (TV), radio, media cetak, dan media luar ruang. Belanja iklan Mizone sepanjang 2006 paling besar dibandingkan kompetitornya, yaitu sebesar 46,1 milyar. Pada Agustus 2006, Mizone mengadakan sampling road show di beberapa kota besar pada pusat keramaian. Mizone memasuki sekolah dengan membuat iklan dan pembuatan logo Mizone pada lapangan olahraga (lapangan basket) serta di white board SMA ternama di beberapa kota besar.

Sumber :http:// bedah-artikel-strategi-pemasaran-pt.html

strategi pemasaran

Author: aja aja ada / Label:



strategi pemasaran

Salah satu satu dari strategi pemasaran yang sering dilakukan oleh suatu perusahaan adalah dengan cara melakukan penyebaran pemasaran itu sendiri, atau lebih sering dikenal dengan istilah bauran pemasaran.Bauran pemasaran sendiri didefinsikan sebagai suatu strategi yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang dapat meliputi menentukan master plan dan mengetahui serta menghasilkan pelayanan (penyajian) produk yang memuaskan pada suatu segmen pasar tertentu yang mana segmen pasar tersebut telah di jadikan sasaran pasar untuk produk yang telah diluncurkan untuk menarik konsumen sehingga terjadi pembelian.

Dalam melakukan dan merencanakan pemasaran strategi, beberapa perusahaan telah menggunakan berbagai cara yang kemudian dikombinasikan menjadi satu, untuk jenis strategi pemasaran dalam hal inilebih akrab dikenal dengan istilah ‘Marketing mix’. Marketing mix dapat didefinisikan sebagai perpaduan berbagai strategi yang berupa kegiatan atau faktor-faktor penting yang merupakan hal-hal yang menjadi inti dari strategi pemasaran itu sendiri.

Berikut beberapa hal penting yang sangat mempengaruhi keberhasilan marketing mix, dalam memasarkan suatu produk:

A. Produk sebagai Objek Pemasaran

Produk adalah objek yang sangat vital yang sangat mempengaruhi keberhasilan dalam mendatangkan keuntungan atau laba yang akan tetap menjaga operasional dan kesehatan suatu perusahaan. Dengan melalui produk, produsen dapat memanjakan konsumen. Karena dari produk akan dapat diketahui, seberapa besar kepuasan dan kebutuhan akan produk itu sendiri dalam kehidupan konsumen.

Sedangkan produk itu sendiri memilki sifat dan karakteristik yang amat beragam, dan suatu produk yang potensial adalah suatu produk yang sering diburu konsumen, bahkan tidak perlu melakukan promosi dalam manjemen pemasaran. Berikut beberapa hal karakterisitik dari produk yang berupa jasa yang mungkin harus Anda ketahui dalam menetapkan strategi pemasaran:

  1. Produk jasa adalah produk yang dipasarkan di pasaran yang memiliki sifat yang tidak berwujud. Karena biasanya produk jasa adalah tidak bisa dilihat, namun dapat dirasakan. Selain itu, produk jasa juga tidak bisa diraba, dicium namun bisa sangat dirasakan manfaatnya dalam menunjang aktivitas konsumen.
  2. Produk jasa yang ditawarkan ke konsumen sifatnya tidak bisa dipisahkan dari perihal faktor yang mendukung dari terciptanya produk berupa jasa itu sendiri. Sebagai contoh produk dari jasa penginapan yang ditawarkan dari suatu wisma, maka produk jasa itu sendiri tidak akan bisa dipisahkan dari bangunan wisma itu sendiri, tempat produk jasa itu dipasarkan.
  3. Produk jasa juga memiliki sifat yang dinamis yang mengikuti perkembangan pola hidup konsumen yang menjadi target pemasaran. Karena mengikuti tuntutan update dari strategi pemasaran itu sendiri, maka produk jasa yang ditawarkan juga akan mengalami perubahan untuk menunjang pemasaran dengan hasil yang maksimal yang akan didapatkan oleh perusahaan. Perubahan dari produk jasa ini akan menciptakan persaingan usaha baik dari segi kualitas maupun dari segi harga. Sebagai contoh harga penginapan dari suatu wisma akan berbeda tarifnya dengan jasa produk yang ditawarkan oleh hotel dengan kelas berbintang.
  4. Produk jasa biasanya memilki dan bersaing dengan berpacunya waktu, sehingga memiliki daya tahan tertentu. Dalam hal ini dapat juga dibilang produk jasa tidak dapat disimpan, oleh karena itu manfaatnya biasanya hanya dapat dirasakan pada saat melakukan transaksi pembelian dari produk jasa itu sendiri.

Sumber : go-kerja.com/strategi-pemasaran

BANK BUMN

Author: aja aja ada / Label:



Bank BUMN Siap Danai Pertamina di Donggi Senoro

Angga Aliya - detikFinance

Jakarta - Beberapa Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) siap danai ekspansi PT Pertamina (Persero) menambah saham di PT Donggi Senoro LNG (DSL). Bank BUMN tersebut antara lain PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI).

Demikian hal itu dikemukakan oleh Menteri BUMN Mustafa Abubakar di kantornya, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat (19/6/2010).

"Bank BUMN siap membantu pendanaan untuk kebutuhan investasi di Donggi Senoro," katanya.

Ia mengatakan, pihaknya memang mendorong Pertamina untuk menambah kepemilikan saham di lapangan gas Donggi-Senoro. Saat ini, Pertamina menguasai 29 persen saham di tempat tersebut.

Menurut Mustafa, pemerintah ingin Pertamina menguasai saham sebanyak-banyaknya di tempat tersebut.

"Kalau ada yang jual, Pertamina bisa langsung ambil," ujarnya.

Porsi kepemilikan Donggi-Senoro saat ini dipegang oleh Mitsubishi sebanyak 51%, Pertamina 29% dan PT Medco Energi Internasional Tbk 20%.

Proyek Donggi Senoro diperkirakan menelan dana sebesar US$ 3,4 miliar untuk investasi di sektor hulu sekaligus hilirnya. Sektor hilir sendiri diperkirakan membutuhkan dana sebesar US$ 1,8 miliar.

(ang/qom)

Sumber : http://m.detik.com